ENTERTAIN

Setengah Hati Digarap Setengah Hati

64
×

Setengah Hati Digarap Setengah Hati

Sebarkan artikel ini
Spread the love

 

Jakarta, swarabhayangkara.com – Sesuatu kalau digarap setengah hati, ya kurang maksimal aja hasilnya meski jauh dari kesan buruk sebagaimana film ‘Setengah Hati’.

Ke-setengah hati-an itu setidaknya bisa kita lihat dari ketepatan soal seting cerita dan dialeg para tokohnya.

Seting (setting) itu sendiri adalah latar, yakni salah satu unsur fiksi atau non fiksi dalam sebuah film. Sebagai salah satu unsur karya fiksi, seting adalah sesuatu yang mencakup visualisasi tentang tempat cerita itu terjadi, lalu waktu kejadian, dan tentu saja suasana peristiwa itu bergulir.

Harus dimafhumi seting adalah salah satu unsur fiksi yang tidak bisa dinisbikan. Sebab, seting adalah unsur fiksi yang akan memberikan visualisasi lebih rinci tentang di masa seperti apa cerita fiksi terjadi, di mana suatu peristiwa dalam cerita fiksi terjadi, dan bagaimana suasana di dalamnya.

Dalam sebuah film, unsur penokohan dan alur, seting berperan untuk membangun cerita sehingga cerita dapat terasa lebih nyata dan nalar. Ini karena fungsi seting adalah meyakinkan penonton terhadap jalan cerita film itu sendiri.

 

Terkait seting cerita, pada akhirnya, masalah bahasa dan dialeg tidak bisa dilepaskan dari representasi, yaitu bagaimana sebuah identitas dipertontonkan dalam film yang dikonsumsi oleh penontonnya. Lebih dari sekedar masalah casting, tuntutan ini sebenarnya menyangkut tanggung jawab film makers untuk merepresentasikan sebuah budaya secara akurat. Sebab meski filmnya fiktif, tapi komunitas yang budayanya “dipinjam” untuk keperluan cerita menghidupi realita yang nyata, semisal penekanan pada unsur dialek atau aksen suku tertentu itu ada.

Dan sepertinya industri film Indonesia memang belum memiliki standar untuk pelatihan aksen atau dialeg. Kalau pun tentu belum dianggap sesuatu yang penting dalam industri film kita. Karena itu kita sering merasa aneh bila menonton film yang setingnya disatu daerah tertentu tapi dialeg atau aksenya gak nyambung atau kurang pas.

Berbeda dengan dinegara yang industri filmnya sudah maju dimana para pelatih dialeg atau aksen mengajarkan mulai dari fonologi hingga vokal untuk pelafalan bahasa. Pelatihan dialeg atau aksen di Indonesia cenderung dilakukan melalui proses mendengar dan meniru saja. Jadi pembuat film biasanya akan mempekerjakan native dari satu daerah yang bisa bahasa itu, terus mereka akan menerjemahkannya, ngomong bahasanya, terus direkam agar bisa ditiru sama aktornya.

Berhubung belum ada standarisasi untuk pelatihan aksen, pada akhirnya banyak aksen daerah terdengar aneh dalam film Indonesia semisal yang kita tonton di.film Setengah Hati yang di produksi Satu Selaras Production dengan produser Tyas Abiyoga.

Bagaimana gak aneh itu film. Tokoh Hansip yang tinggal di Cianjur ( pokoknya di Tartar Sunda deh) malah berdialeg atau beraksen Betawi atau setidaknya Jakarta!Aneh kan bukan dialeg Sunda? Dan itu lebih karena kemalasan cast dan sutradaranya saja. Kalau pun tetap dengan dialeg Betawinya setidaknya ada penjelasan kenapa hal itu berlaku atau terjadi. Misalnya tokoh itu dapat jodoh orang Cianjur dan kemudian menetap disitu.

Parahnya lagi hampir semua tokohnya memang tidak berdialeg atau beraksen Sunda kecuali Bibi pemilik atau penjaga warung kopi dan souvenir. Parah kan?

Dari aksen atau dialeg, Vibes Sunda memang tidak muncul sempurna. Dan ketidaksempurnaan itu juga ikut di endorse oleh score musik yang jauh dari suasana Sunda. Score musik terbilang biasa biasa saja.

Tapi hal itu tidak berlaku bagi tokoh Yono (Mamat Alkatiri) yang memang ditonjolkan dialeg asal daerahannya ( Maluku). Tapi kenapa juga namanya harus Yono? Bukan Yon saja.

Nah, dengan Marwoto yang memerankan tokoh Paul – kok wong Jowo Paul sih, bukan Parmo – keduanya bermain apik dan mampu menghidupkan suasana dengan baik hingga cerita bisa bergulir dengan apik. Celetukan keduanya sebagai punakawan asyik dan tidak garing semisal di Film Gaspool yang juga dilakoni Marwoto.

Meski banyak intrik politiknya, flm Setengah Hati tidak main politik-politikan. Ini cuma cerita lucu-lucuan aja, kok. Begitu kata Tyas Abiyoga sang produser.

Rencananga film Setengah Hati akan segera tayang di seluruh bioskop Tanah Air pada 25 Januari 2024 mendatang. Film ini menceritakan tentang konflik politik yang ada di pedesaan.

Film ini dibintangi oleh Yusuf Mahardhika, Tissa Biani, Rachman Avri, Bedu, Mamat Alkatiri, Marwoto dan sebagainya. Di film ini, Tissa Biani berperan sebagai Astri. Ia mengatakan, proses syuting sangat menyenangkan.

” Syuting film ini seru dan asyik karena skenario, pemain, dan krunya lucu semua,” ucap Tissa lepas press sreening di kawasan Epicentrum, Jakarta Selatan (20/1).

Bedu, Sang Pelawak yang berperan sebagai Gilang, seorang warga yang mau mencalonkan diri sebagai kepala desa mengaku malah tidak bisa melawak di film ini.

“Justru itulah tantangannya. Ini memang tantangan. Bayangin aja yang lain boleh komedi saya malah gak boleh. Saya gatel mau ngelucu malah dilarang, ” ucap Bedu.

Ceritanya Gilang mau mengikuti kontestasi pemilihan Kepala Desa Warnatari, Cianjur. Dalam proses pemilihan kepala desa tersebut, Gilang dibantu oleh keponakannya, Astri (Tissa Biani) yang bertindak sebagai tim sukses. Ketika sedang mencari tempat untuk memproduksi alat peraga kampanye (APK) Gilang, Astri mendatangi tempat usaha sablon milik Surya (Rachman Avri) dengan maksud memesan di tempat tersebut.

Namun, Surya enggan mengerjakan pesanan APK itu. Penolakan keras pun didapat Astri. Surya tidak ingin melayani segala hal yang terkait dengan Gilang karena pernah berselisih di masa lalu.

Penolakan Surya ternyata membuka peluang bagi Ganes (Mahardika Yusuf), pegawai Surya. Ganes yang sedang mengumpulkan uang untuk biaya kuliah, melobi Astri agar diberikan kepercayaan mengerjakan APK Gilang.

Ganes pun mengajak dua orang pekerja lainnya, yakni, Yono (Mamat Alkatiri) dan Paul (Marwoto Kawer) mengerjakan pesanan tersebut tanpa sepengetahuan Surya. Dalam prosesnya, muncullah benih-benih cinta antara Astri dan Ganes. Di sisi lain, konflik masa lalu, harta dan tahta antara Gilang dan Surya terus berlanjut. Kebenaran atas kejahatan masa lalu pun perlahan mulai terkuak.

Pada akhirnya kedok Gilang semakin terbuka. Ganes pun mulai menyesali perbuatannya lalu mengajak Surya serta rekan-rekan kerjanya untuk membuka kedok calon kepala desanya.

Film Setengah Hati mengangkat konflik politik pedesaan yang konon terkadang justri lebih rumit dari di kota besar. Tapi dalam film itutidak tergambar tuh kerumitannnya. Cerita atau konfliknya pun biasa biasa saja.

Film dengan genre Drama Komedi ini diperankan oleh beberapa komedian yang beradu akting dengan aktor Yusuf Mahardhika dan Tissa Biani. Ide cerita dari seorang Komika, Arie Kriting, serta penggarapan skenario oleh Abdur Arsyad yang juga seorang Komika. Film menampilkan tema besar dengan penyajian nan ringan dan menghibur.

Mengambil lokasi shooting di Cianjur, Jawa Barat, film yang disutradarai oleh Hastobroto ini mau menjadi beda karena berupaya menggabungkan plot cerita persahabatan, percintaan, keluarga konflik pemilihan Kepala Desa. Sayang konflik kurang greget karena malas menguliknya sebagaimana juga sutradara malas mengeksplore lanskape alam Cianjur yang asri.

Meski berbau agak politik, Tyas enggan mengakui ada kaitan dengan Pilpres selarang ini. “Film ini tidak ada hubungannya dengan paslon dalam Pilpres sekarang ini. Kami tidak main politik-politikan. Kami hanya mencoba mengangkat peristiwa yang terjadi disalahsatu desa, ” tandas Tyas Abiyoga sang produser.

Hasto Broto menambahkan,” Kami hanya mengoptimalkan cerita yang ada. Dan kami menggarapnya sebelum Pilpres. Fokus saya adalah bagaimana menyatukan cerita yang asyik dengan ekting para cast dengan tujuan menghibur penonton. Itu saja,” timpal Hasto Broto.

Kalau memang begitu kenapa warna yang mirip Paslon tertentu cukup terlihat ya saat gala premier? Kebetulan kah?

Sayang ide dan semangat besar film ini digarap setengah hati. Jadi begitulah adanya. Tapi paling tidak penonton bisa tertawa atau setidaknya bisa cengar-cengir selama menonton film ini. Ok, selamat bertawaria dan jangan banyak berharap.

Ncank Mail

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *