Bengkulu, 16/3 (MSB) – Puasa adalah pengendalian nafsu di dalam diri. Puasa wajib di berikan Allah sebulan sekali dalam setahun.
Puasa bagaikan pelatihan diri agar mengingatkan manusia jangan terlalu jauh larut dengan kepentingan duniawi.
Puasa mengingatkan kembali manusia bahwa tugasnya didunia selain ibadah mahdhah ada ibadah sosial dan kemanusian.
Dan perintah Allah didunia ini, mencintai dan berbuat baik kepada sesama manusia. mencintai dan menjaga kelestarian alam. Mencintai dan menyayangi binatang.
Manusia diberi Allah nafsu, kalau nafsu itu tidak terkendali maka manusia lebih kejam dari binatang bahkan menyamai perangai setan. Tapi Allah juga memberi akal dan hati. Perpaduan akal dan hatilah yang bisa membuat manusia melebihi kebaikan malaikat .
Puasa selain tidak makan dan minum adalah berpuasa ; menggunjingkan orang, mendengarkan berita bohong, mata berhenti melihat hal- hal yang menimbulkan maksiat, tangan berhenti me share berita hoaks di medsos.
Hampir di semua grup wa menyebarkan berita hoaks. Kekalahan calon presidennya tidak bisa menerima dan menuduh yang menang, adalah curang.
Kalau mau memenangkan pilpres, harusnya celah untuk lawan curang ditutupi dan geraknya diawasi agar lawan tidak bisa curang, sebelum pemilihan, saat pemilihan dan saat perhitungan suara. Dan setiap capres mempunyai tim sukses dan pendukung ditiap kabupaten untuk menutup gerak curang itu.
Kecurangan itu dilakukan oleh semua capres, karena partai pendukung setiap capres mempunyai bupati, walikota dan gubernurnya masing – masing. Untuk memenangkan pilpres itu curang adalah naluri seorang pemimpin agar bisa memenangkan capresnya.
Dan yang lebih mengerikan di grup WA adalah tuduhan dari pendukung yang kalah bahwa yang memilih 02 adalah kafir. Pendukung capres yang kalah lupa, Al qu’ran itu diturunkan lewat Rasulullah objeknya adalah orang kafir.
Dan Rasulullah berdakwah agar orang kafir qurais itu bertauhid. Salah besar kalau orang yang sudah masuk islam dituduh kafir dan dikeluarkan dan dianggap tidak islam alias kafir.
Masak keislaman dan kekafiran seseorang barometernya perbedaaan pilihan presiden, yang nota bene adalah kepentingan duniawi manusia semata.
Pendukung capres yang kalah lupa, doa Rasulullah beda dengan doa nabi Nuh. Nabi Nuh karena kewalahan melihat sikap umatnya, berdoalah kepada Allah, ” Ya Allah binasakan semua umat yg membangkang terhadap Mu, karena anak dan turunannya tidak akan bertauhid kepada Mu”. Sedangkan Rasulullah berdoa” ya Allah selamatkan musuh- musuhku siapa tahu anak dan turunannya nanti akan bertauhid kepada Mu. Dan terbukti anak abu lahab ada yang masuk islam dan bamyak anak- anak kaum kafir qurais masuk islam. Dan ada dalam peperangan, Hamzah paman Rasulullah dibunuh oleh Warsi.
Rasulullah mengejar Warsi, setelah berkelahi menggunakan pedang, warsi terdesak dan pedangnya terlepas. Saat terdesak warsi berteriak, ” wahai Muhammad aku mau masuk islam”. Rasulullah akhirnya mengampuni Warsi.
Para sahabat pada protes, ” ya Rasulullah itu akal bulus Warsi agar tidak dibunuh”.
Setelah peperangan Warsi di syahhadatkan, dan pesan Rasulullah,” Warsi kau adalah saudaraku sekarang, tapl aku minta tolong, jangan sering engkau ketemu aku, karena itu mengigatkan aku pada pamanku yang engkau bunuh”.
Semenjak itu Warsi bertekad aku akan membunuh musuh Rasulullah sebagai ganti telah membunuhnya paman yang sangat disayanginya. Akhirnya Warsi membunuh orang yang mengaku nabi.
Jadi menuduh sesama muslim kafir karena beda pilihan capres sesuaikah dengan ajaran islam, sesuaikah dgn akhlak yang dicontohkan Rasulullah ?
Saya pernah mengingatkan teman grup WA SMA saya agar berhenti dulu menyebarkan hoaks dan menyebarkan kebencian kepada Prabowo dan Jokowi di bulan puasa ini.
Dia jawab ini membela kebenaran. Kebenaran yang mana ? .
Padahal teman saya ini juga jadi caleg DPR RI dapil Bengkulu kampung halaman kami.Setelah dua hari dari hari pemilihan teman saya sudah kembali ke Jakarta. Di tilpun teman saya bercerita tentang dia dicurangi. Saya bilang kenapa tidak diurus dan protes di KPU Bengkulu agar kamu bisa menang kalau kecurangan itu benar dan terbukti.
Tapi teman saya tidak mau. Bicara kebenaran didalam kecurangan yang menimpanya teman saya tidak mau, tetapi menyebarkan hoaks kebencian yang dia anggap kebenaran di grup WA kami terus dia lakukan walau dibulan puasa dan siang hari.
Dia menyebarkan hitungan timses capresnya menang, menjelek- jelekan pribadi prabowo dan Jokowi.
Jadi kebenaran yang mana ? masak kebenaran ada dua versi. Kecurangan yang menimpanya dianggapnya tidak curang dan tidak perlu diurus dan diperjuangkan. Sementara kecurangan pilpres terus dia share di grup kami.
Seharusnya kecurangan di pileg dan di pilpres tetap kecurangan dan harus sama- sama diurus.
Dan tidak ada standart ganda dalam melihatnya kalau kita bicara kebenaran. Bukan hanya bicara kebenaran dalam kecurangan pilpres yang sarat dengan kepentingan.
Dan yang lebih miris aku bertanya dalam hati ; islami yang seperti inikah yang Allah kehendaki ? Ahklak yang seperti inikah yang dikehendaki oleh Rasulullah ?, yang dia contohkan pada para sahabatnya dulu dan harus kita pedomani dan ikuti.
Dan ahklak Rasulullah itu tertulis dalam Al qur’an
Soal kecurangan Pilpres silahkan diperjuangkan karena itu hak warga negara. Tapi memperjuangkannya hanya berani share di grup Wa tidak ada pengaruhnya.
Apa lagi hanya share konten tanpa punya pendapat pribadi, sudah seperti humas copy faste. Bicaralah di Fb, X dan medsos lainnya. Bila perlu turun bergabung untuk berdemonstrasi.
Kekuasaan presiden apalagi sekedar dukungan kepada capres itu bukanlah tujuan manusia, tujuan manusia didunia ini adalah beribadah. Karena ibadah itu akan jadi bekal kita kembali ketujuan kita sesungguhnya yaitu kembali ke haribaan Allah.
Dan yang perlu diingat Allah bersabda ” kekuasaan itu dari ku, ada saatnya kekuasaan itu aku berikan dan ada saatnya kekuasaan itu kuambil kembali”.
Dan Allah juga bersabda ” pemimpin itu menggambarkan keadaan rakyatnya yang dipimpinnya”. Jadi kalau kamu suka menjelek- jelekkan pemimpin, sama dengan kamu menjelekan diri kamu sendiri.
Puasa adalah pengendalian diri. Kendalikan diri dari sifat hasut dan membangun kebencian lewat share konten you tube, tik tok di grup WA. Karena me share itu menimbukan dan membangun kebencian dalam diri orang yang membacanya maka kita akan berdosa. Dan dosa itu akan bergulir terus bak bola salju.
Apalagi kalau konten itu hoaks bisa lebih berat lagi dosanya. Setiap perbuatan kita ini akan dicatat malaikat dan akan dihisab di yaumil hisab kelak.
Kalau memang ada kecurangan perjuangkanlah lewat Bawaslu, lewat MK dan mungkin lewat hak angket.
Puasa ini adalah pengendalian diri, setelah kita lolos dari pelatihan puasa ini, di satu syawal kita berkumpul dimasjid atau dilapangan dengan menggunakan baju koko dan mukena putih, kita sholat Idul Fitri. Itu menunjukan persatuan atau ukhuwah. Semua pakai baju putih, itu menunjukan kesucian dan persamaan hak.
Pilpres adalah alat untuk memilih presiden, setelah itu kita harus bersatu kembali sebagai anak bangsa. Kalaupun kalah ikut bertarung kembali lima tahun akan datang. Pilpres ini adalah alat bukan tujuan. Dunia saja alat bukan tujuan.
Bagai musafir dunia ini hanya tempat singgah sebentar, mencari bekal untuk kita kembali kerumah kita sesungguhnya yaitu surganya Allah. Rumah nenek moyong kita dulu, nabi Adam dan Hawa.
Selamat beribadah dibulan Ramadan semoga di satu syawal kelak, kita termasuk dalam golongan yang fitrah. Aamiin.
Penulis: Tendri. S.