Oleh: Tendri. S
Jakarta, 4/1 (MSB) – Dunia politik Indonesia sudah seperti orang pacaran. Setelah putus manisnya cinta dan kasih sayang bak sirna ditelan bumi, yang mengemuka hanya hujatan sakit hati.
Komentar Hasto sekjen PDI P; mengatakan kami khilaf mencalonkan Gibran, Kemajuan infrastruktur era jokowi, kami baru sadar ternyata memicu besarnya utang luar negeri, jokowi dan Gibran pembohong, menyamakan Gibran dengan supir truk yang menabrak di pintu tol Halim.
Manusiawi kalau orang merasa dikecewakan atau disakiti banyak berkomentar tentang orang yang menyakitinya.
Tapi berkomentar setelah menikmati kemesraaan selama ini, kuranglah elok. Kalaulah pasangan memang tidak baik kenapa tidak diingatkan dari awal- awal waktu pacaran atau kenapa tidak putus diawal pacaran kalau sudah kelihatan orangnya pembohong. Agar sakitnya tuch disini tidaklah terlalu sakit seperti lirik lagu Cita citata.
Menyadari bahwa ternyata di era pemerintahan jokowi utang luar negeri terlalu besar, kok baru sadar setelah kalah pilpres.
Selama ini kemana saja ?. Fraksi PDI P di DPR RI dan Fraksi lainnya bagaimana pengawasannya terhadap kebijakan utang luar negeri ?. Kalau membahayakan kenapa tidak diingatkan Jokowinya. Kalau utang luar negeri terlanjur membesar yang salah bukan jokowi saja tetapi fraksi PDI P patut disalahkan juga, kenapa tidak melakukan fungsi pengawasan di DPR.
Soal khilaf mencalonkan Gibran, masak semua pengurus PDI P pusat dan DPC Solo kompak khilafnya, sebanyak itu pengurus kok bisa khilaf rame- rame ?
Soal menyamakan Gibran dengan supir truk. Supir truk memang tidak punya Sim. Tapi Gibran bermain dikeputusan MK yang final dan mengikat. Disinilah lemahnya keputusan MK, keputusan MK tidak bisa dibanding. Saya adalah orang yang tidak setuju keputusan MK itu tidak bisa dibanding, bagaimanapun hakim MK itu manusia biasa bukan malaikat. Selagi dia masih manusia biasa maka dia masih punya nafsu. Karena masih punya nafsu manusia itu rentan untuk tergoda. Nafsu kekuasaan, nafsu untuk hidup kaya. Nafsu inilah yang bertemu dengan godaan dari eksternal yang menyebabkan manusia menyalah gunakan kewenangannya. Dan kita tidak bisa menuntut moral kepada sesama manusia yang sama- sama punya nafsu.
Saya adalah orang yang tidak setuju dengan politik dinasti, tetapi kenapa PDI P tidak mengusulkan UU anti dinasti. Selagi UU nya tidak ada maka orang tetap melakukan politik dinasti. Yang lucunya PDI P sendiri yang membuka jalan bagi Gibran untuk melakukan politik dinasti, berawal.dari walikota Solo. Kalaupun sekarang di pilpres PDI P menentangnya, tapi waktu pemilihan walikota Solo PDI P bilang itu tidak dinasti karena ditentukan oleh pilihan rakyat.
Lantas apa bedanya dengan pemilihan presiden ?. Sama- sama ditentukan oleh pilihan rakyat. Ok soal keputusan MK. Keputusan MK itu karena tidak adanya UU anti dinasti.
Kalau kita punya UU anti dinasti, anak presiden, anak kepala daerah, istri kepala daerah tidak akan sewenang- wenang untuk jadi caleg ataupun cakada.
Soal jokowi dan Gibran dikatakan berbohong dan disamakan dengan pinokio, Kenapa baru sadar sekarang ?. Kenapa dulu dipuja- puja.
Saya adalah orang yang membaca bahwa Gibran akan jadi wakil Prabowo sejak idul fitri tahun lalu. Di idul fitri tahun lalu Prabowo lebaran ke rumah Jokowi di Solo. Setelah itu Khaesang sering pake kaos photo Prabowo. Saya bilang sama teman saya Ucok Sinaga” wakil Prabowo Gibran”-. Ucok menjawab” ngak mungkin jack, terhalang umur dan info A1 didalam PDIP, Ganjar dan Prabowao akan berpasangan”.
Saya bilang kalau Prabowo datang ke Jokowi dan bilang” pak, saya mau jadikan Gibran wakil saya”. Apakah Jokowi tidak tergoda.
Kelemahan dipihak PDI P tidak menawarkan Gibran untuk menjadi wapres. Padahal kepuasan rakyat terhadap Jokowi berada di 78% – 80 %. Dan Jokowi masih Presiden, kendali infrastruktur pemerintahan ada ditangan Jokowi.
Dilevel politik bukan dilevel moral, itulah kesalahan politik PDI P. PDIP yakin dengan kekuatannya, bahwa mereka akan memenangkan pemilihan presiden, karena mereka banyak pemilihnya. Ditambah partai- partai akan merapat dan berkoalisi dengan PDI P.
Perhitungan PDI P kurang pas, karena para ketua Partai merasa kedudukannya sama dengan Megawati. Sama- sama ketua partai kenapa harus tunduk dan bergabung degan PDI P. Yang penting Jokowi dipihak mereka.
Strategi para ketua partai yang dipihak Prabowo akhirnya berhasil.
Banteng dalam keadaan lapar, akan keluar bantengnya. Pada era pemerintahan SBY banteng terus mengaum dan mengamuk. Apalagi era orde baru banteng kelihatan gaharnya walau posisinya ditekan terus.
Tapi era Jokowi banteng banyak diam, banteng mungkin tidak lapar lagi. Karena tidak lapar lagi mungkin banteng kurang merasakan kelaparan, kemiskinan dan keterpinggiran wong cilik.
Kekalahan pilpres ini mungkin cara Allah menunjukan rasa sayangnya kepada banteng. Agar banteng harus berlari menemui dan mendengarkan kepedihan hidup wong cilik.
Kalau Allah tidak ingatkan, banteng nantinya akan terlalu gemuk, jangankan berlari, berdiripun susah. Dan kalau gemuk akan banyak penyakit yang menyerang.
Jadi Hasto janganlah seperti anak gadis yang menggunjingkan kekasihnya yang telah pergi.
Kesalahan Jokowi yang diomongkan Hasto asal muasalnya adalah kesalahan PDI P. PDI P yang membuat dan menjadikan Jokowi walikota Solo. Setelah itu PDI P juga yang mengusung dan menjadikan Jokowi gubernur DKI. Dan kesalahan terbesar kalau ini dianggap salah oleh Hasto, PDI P juga yang mengusung dan menjadikan Jokowi Presiden.
Ibarat Gadis yang ditinggal kekasih , tidaklah perlu menjelek- jelekan sang kekasihnya. Karena selama pacaran sang Gadis merasakan kasih sayang, belaian,perhatian dan manisnya sang kekasih. Kalaupun pisah harus ambil kesimpulan tidak jodoh dan itu jalan terbaik dari Allah.
Begitu juga dengan PDI P, perpisahan dengan Jokowi disikapi dengan legowo saja. Bagaimanapun sayang kepada anak itu tidak bisa orang mengelakannya, setelah sayang kepada Allah dan ibu. Anak adalah segala- galanya, apalagi dihadapkan dengan partai. Orang pasti pilih anak. Ditambah PDI P tidak menawarkan kekuasaan kepada Gibran dan mungkin tidak menggambarkan kepada Jokowi anaknya akan jadi wapres atau presiden kelak dimasa yang akan datang.
Jadi kekalahan pilpres ini disikapi positif aja, mungkin Allah ingin mengingatkan agar PDI P lebih dekat lagi dengan rakyat seperti di era orde baru. Disitulah PDI lahir dan besar, dibau keringat rakyat, dikesedihan rakyat, dipenderitaan rakyat dan diketertindasan rakyat. Disitulah habitat PDI P, disitulah marwah PDI P timbul, disitulah PDI P akan besar. PDI P adalah wong cilik dan wong cilik adalah PDI P.
Kekalahan pilpres ini cara Allah menegor karena sayang sama PDI P. Janganlah memandang kekalahan ini dengan akal kita semata, ambil saja hikmahnya.
Kembalilah berangkulan dengan rakyat, PDI P tidak bisa melupakan rakyat, karena kekuatan PDI P berada ditengah- tengah rakyak. Dan bersama rakyat dan memikirkan kesejahteraan rakyat. Itulah cita- cita bung Karno.
Terimalah kekalahan pilpres ini walaupun sakit, siapkan strategi bersama rakyat untuk kembali merebut kekuasaan itu lima tahun akan datang. (red)