ENTERTAIN

“Nobar Film ‘Dul Muluk Dul Malik’ di Jakarta, Dihadiri Tokoh Nasional, Daerah, dan Selebritis”

255
×

“Nobar Film ‘Dul Muluk Dul Malik’ di Jakarta, Dihadiri Tokoh Nasional, Daerah, dan Selebritis”

Sebarkan artikel ini
Spread the love

 

Jakarta, swarabhayangkara.com – Pemutaran perdana film “Dul Muluk Dul Malik”, sebuah film berbahasa Sumatera Selatan, menarik perhatian besar para penggemar film, terutama masyarakat berdarah Sumsel yang tinggal di Jakarta. Film yang tayang serentak pada 12 September 2024 ini menceritakan kisah tokoh legenda Sumatera Selatan, Dul Muluk, dan berhasil menyedot perhatian penonton di berbagai bioskop.

Acara nonton bareng (nobar) di teater Mal Blok M, Jakarta, pada Rabu (18/9/2024), dihadiri oleh berbagai tokoh penting, termasuk pejabat nasional dan daerah serta selebritis ternama. Turut hadir dalam acara tersebut aktor-aktor dari film “Dul Muluk Dul Malik” seperti Anwar Fuady, Merriam Bellina, Roy Marten, Dwi Yan, Bagas Ran, dan Atik Kanser, serta produser film Yacob Chandra. Nobar ini juga diramaikan oleh Dewi Motik, pengacara kondang Hendriyoso Diningrat, serta kepala daerah dan pejabat dari Sumatera Selatan. Acara ini diprakarsai oleh Wiwiet Tatung, seorang pengusaha batubara dan ketua Dharma Wanita Palembang yang juga calon istri dari Anwar Fuady, pemeran utama Dul Muluk.

Film bergenre komedi horor ini menghadirkan humor khas dan jenaka yang mengingatkan penonton pada tokoh lokal seperti Kabayan dari Sunda atau Abunawas dari Arab. Meski sebagian besar penonton adalah keturunan Sumatera Selatan, tidak sedikit yang baru menyadari bahwa dialog dan humor dalam film menggunakan bahasa Sumsel. Hal ini dapat dimaklumi karena di Sumatera Selatan sendiri terdapat sekitar 70 bahasa daerah yang berbeda.

Foto M Satrya

Secara keseluruhan, para penonton yang hadir memberikan apresiasi tinggi terhadap film “Dul Muluk Dul Malik”, termasuk Hendriyoso Diningrat yang biasanya dikenal serius, namun terlihat sering tersenyum dan tertawa saat menyaksikan adegan-adegan dalam film tersebut. Ia juga menyampaikan dukungannya terhadap produksi film yang mengangkat budaya lokal, dan berharap lebih banyak film berbahasa daerah diproduksi di masa mendatang.

Dewi Motik pun memberikan apresiasi serupa, menyatakan harapannya agar film ini dapat diputar di jaringan bioskop lebih lama. Ia memuji pesan moral yang disampaikan dalam film serta berharap agar daerah lain terinspirasi untuk membuat film serupa yang mengangkat cerita rakyat mereka.

Sementara itu, Wiwiet Tatung, selaku Ketua Dharma Wanita Sumatera Selatan, mengungkapkan rasa bangganya terhadap budaya Sumsel yang diangkat dalam film ini. “Film ini menghibur, dialognya segar dan penuh humor. Selain itu, film ini juga mendidik, terutama untuk anak-anak agar tidak melakukan perundungan terhadap sesama,” ujarnya. Ia pun mengajak seluruh masyarakat Sumsel untuk turut serta menonton film ini bersama keluarga dan teman-teman.

Film “Dul Muluk Dul Malik” diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi sineas lainnya untuk terus mengangkat kekayaan budaya lokal ke kancah nasional.

Ncank