NASIONAL

Seolah Menutup Jendela Langit: Kloter Terakhir Haji Tinggalkan Madinah dengan Doa dan Haru

85
×

Seolah Menutup Jendela Langit: Kloter Terakhir Haji Tinggalkan Madinah dengan Doa dan Haru

Sebarkan artikel ini
Spread the love

 

Jakarta,  swarabhayangkara.com  – Di bawah langit senja yang temaram di Kota Nabawi, sebuah perpisahan suci dilantunkan bukan dengan tangis, melainkan dengan takbir, doa, dan syukur. Kloter 28 Debarkasi Kertajati (KJT28), jemaah haji Indonesia terakhir di Madinah, perlahan meninggalkan Tanah Haramain, menutup babak agung ibadah haji tahun ini dengan langkah penuh makna.

Ketua Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi, Muchlis M Hanafi, berdiri tegak di antara iringan jemaah. Wajahnya tenang, namun sorot matanya menyimpan campuran haru dan syukur. “Alhamdulillah, fase pemulangan jemaah haji berjalan dengan lancar sejak 11 Juni hingga hari ini,” ucapnya pelan, namun menggema dalam dada semua yang hadir.

Dalam lintasan waktu yang ditandai oleh dua gelombang pemulangan — dari Jeddah dan Madinah — ada jutaan langkah kaki yang kembali ke tanah air, membawa kisah suci, harapan mabrur, dan bekal spiritual untuk bangsa. Dari total 203.249 jemaah Indonesia yang menapaki bumi Arab Saudi, setiap wajah membawa cerita ziarah hati, dan setiap doa mereka menggantung di langit Hijaz.

“Semua jemaah telah kembali, kecuali mereka yang tengah berjuang di ruang perawatan,” lanjut Muchlis, merujuk 46 jemaah yang masih dirawat di Madinah, Makkah, Jeddah, dan Riyad. “Kita doakan mereka diberi kesembuhan dan kembali dalam pelukan keluarga. Aamiin.”

Sore itu, di Bandara Amir Muhammad bin Abdul Aziz (AMAA), jemaah dari Majalengka dan Cimahi bersiap. Detik-detik menjelang kepergian bukan sekadar keberangkatan menuju rumah, melainkan kembali dari rumah Allah dengan jiwa yang dibasuh kesucian.

M Lutfi Makki, Kepala Daker Madinah, mencatat kloter ini berjumlah 413 jemaah, diberangkatkan pukul 18.00 Waktu Arab Saudi. Sedangkan Abdul Basir dari Daker Bandara menambahkan, ada delapan kloter yang pulang hari itu—setengahnya diterbangkan oleh Garuda Indonesia, sisanya oleh Saudi Airlines. Dan KJT28, menutupnya, terbang anggun lebih cepat dari jadwal: pukul 23.27 WAS.

“Dengan ini, fase pemulangan telah rampung. Kini kita bersiap memulangkan para petugas yang telah mengabdi penuh cinta dan lelah,” ujar Basir. Sebuah penutup tugas yang penuh hormat.

Namun, tak semua pulang dalam barisan. Sebanyak 52 jemaah tanazul—kembali ke tanah air tidak bersama kloter asal, karena tugas atau kondisi kesehatan. Dan 446 jemaah telah berpulang lebih awal ke pangkuan Sang Khalik—434 dari haji reguler dan 12 dari haji khusus.

Kematian di Tanah Suci bukan akhir. Ia justru menjadi keabadian dalam harum wewangian tanah haram. “Kita doakan mereka diterima amalnya dan mendapat tempat terbaik di sisi Allah,” lirih Muchlis, suaranya menggetarkan keheningan malam Madinah.

Dari langit Hijaz ke angkasa Nusantara, ribuan jiwa kini terbang membawa berkah. Mereka pulang bukan sekadar kembali—mereka pulang dengan hati yang telah disentuh langit, dengan jiwa yang ditatah kesucian.

Dan negeri menanti, menyambut bukan hanya tamu dari tanah suci, tapi juga para penebar damai dan hikmah, yang di pundaknya kelak, akan kembali menabur cahaya iman bagi tanah air tercinta.

NMC