PENDIDIKAN

Dari Ruang Sunyi Pengabdian, Hadiah Itu Datang Juga

69
×

Dari Ruang Sunyi Pengabdian, Hadiah Itu Datang Juga

Sebarkan artikel ini
Spread the love

 

Jakarta, swarabhayangkara.com  — Di sudut-sudut ruang kelas yang sederhana, di antara papan tulis yang telah lusuh dan wajah-wajah muda yang penuh harap, para guru non-ASN terus menyalakan api pengetahuan. Mereka mengajar tanpa pamrih, dalam diam, di luar sorotan. Namun, akhirnya suara mereka terdengar juga.

Pada bulan Juli ini, angin segar berembus dari pusat kekuasaan. Sebuah kabar menggembirakan datang: tunjangan profesi bagi 227.147 guru bukan ASN binaan Kementerian Agama resmi naik Rp500.000 per bulan. Bukan sekadar angka, ini adalah bentuk pengakuan—sebuah pelukan negara kepada para pendidik yang selama ini berdiri dalam sunyi.

Kenaikan itu berlaku surut sejak Januari 2025. Tak hanya naik, tapi juga dirapel, seolah pemerintah hendak menebus waktu yang telah berlalu tanpa cukup penghargaan.

Sepi yang Menjadi Doa

Di balik kebijakan ini, tersimpan kehendak kuat dari pucuk pimpinan negeri. Presiden Prabowo Subianto, melalui Keputusan Menteri Agama Nomor 646 Tahun 2025, menginstruksikan peningkatan tunjangan sebagai bentuk keberpihakan nyata pada mereka yang telah berjasa tanpa seragam pegawai negeri.

“Tunjangan profesi guru bukan ASN naik dari Rp1,5 juta menjadi Rp2 juta per bulan,” ucap Menteri Agama Nasaruddin Umar, dengan suara yang membawa secercah harapan bagi ribuan guru di seluruh pelosok negeri.

Angka itu mungkin tak besar di mata birokrat atau pejabat, tapi bagi seorang guru honorer di pelosok, itu adalah napas tambahan, harapan baru untuk terus bertahan dan mendidik.

Mereka yang Berhak

Bukan hanya satu, bukan sepuluh, tapi ratusan ribu jiwa pengabdi akan merasakan manfaat ini. Mereka tersebar di berbagai penjuru negeri:

  • 196.119 guru di bawah Direktorat GTK Madrasah
  • 17.240 guru Pendidikan Agama Islam
  • 12.432 guru Bimas Kristen
  • 856 guru Bimas Katolik
  • 280 guru Bimas Hindu
  • dan 220 guru Bimas Buddha

Setiap angka di atas bukan hanya data, tapi representasi dari wajah-wajah letih yang tak pernah menyerah. Dari papan tulis ke hati murid, dari mushala hingga kapel kecil, dari pesantren terpencil hingga kelas agama di perbukitan.

Negara yang Kembali Menoleh

Kementerian Agama tak tinggal diam. Surat telah dilayangkan ke seluruh Kanwil, dengan instruksi jelas: sosialisasi, bayarkan, dan awasi. Tak ingin terjebak dalam birokrasi yang kaku, Menag juga melibatkan Inspektorat Jenderal untuk memastikan semua berjalan sebagaimana mestinya.

“Langkah ini adalah bentuk nyata keberpihakan pemerintah terhadap kesejahteraan guru,” ujar Menag, seraya berharap agar kesejahteraan itu berbuah pada mutu pendidikan yang lebih baik.

Dan kepada para guru itu, ia berpesan agar tetap menjadi teladan—bukan hanya dalam ilmu, tapi juga dalam keteguhan hati dan keluhuran budi.

Bukan Sekadar Angka, Tapi Penghargaan

Di tengah gemuruh dunia modern, di mana kecerdasan sering diukur oleh gawai dan gelar, ada sosok-sosok sederhana yang terus menyalakan pelita. Mereka bukan ASN. Tak berseragam. Tapi hari ini, mereka diakui.

Tunjangan yang naik ini bukan akhir. Ia adalah awal dari perhatian yang lebih besar. Karena bangsa yang besar adalah bangsa yang tak pernah membiarkan guru-gurunya merasa kecil.

Dan kepada para guru itu, dari ruang kelas sunyi di pedalaman hingga sekolah kota, negara kini berkata: “Kami mendengarmu.”

NMC