Jakarta, swarabhayangkara.com — Di ruang yang hening namun penuh makna di Mabes Polri, terselip secercah harapan dari seorang jenderal, bukan semata tentang keamanan, tapi tentang persatuan. Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo, Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia, mengungkapkan sebuah kerinduan: agar Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) kembali menjadi satu, utuh seperti sedia kala.
“Pak Kapolri selalu bertanya, kapan PWI bersatu kembali?” ucap Irjen Pol Shandi Nugroho, Kepala Divisi Humas Polri, lirih namun mantap, seakan menyampaikan pesan dari hati sang pimpinan yang lebih dari sekadar sebuah tanya. Itu adalah panggilan batin—bahwa dalam republik ini, kata ‘persatuan’ bukan hanya milik semboyan negara, tetapi ruh dari perjalanan pers Indonesia itu sendiri.
Pertemuan hari itu menjadi lebih dari sekadar agenda resmi. Di balik pintu kantor yang terbuka untuk para pejuang pena, hadir para tokoh dari Panitia Pengarah dan Panitia Pelaksana Kongres Persatuan PWI: Zulkifli Gani Ottoh, Totok Suryanto, Marthen Selamet Susanto, Raja Parlindungan Pane, Tb Adhi, Musrifah, dan Herwan Pebriansyah. Wajah-wajah yang sarat pengalaman, tetapi masih menyimpan cahaya perjuangan.
Mereka datang membawa gagasan, bukan sekadar rencana kongres yang akan digelar pada 29 dan 30 Agustus 2025 di Jakarta. Mereka membawa api: semangat menyatukan yang terpisah, menjahit kembali tenun pers yang sempat robek oleh perbedaan.
Shandi Nugroho, didampingi Karopenmas Brigjen Pol Trunoyudo Wisnu Andiko, menyimak setiap paparan dengan tenang. Dari Zulkifli Gani Ottoh hingga Raja Parlindungan Pane, setiap nama adalah sejarah, dan setiap kalimat yang diucapkan mengandung harapan.
“Semuanya teman,” ujar Shandi, sembari menebarkan senyum yang menolak untuk memihak. “Yang di sana teman, yang di sini juga teman.” Sebuah filosofi yang dalam—bahwa Polri berdiri di antara, bukan di atas. Menjadi jembatan, bukan pagar.
Kunjungan itu bukan yang pertama. Jajaran SC dan OC telah bersilaturahmi dengan Menteri Hukum Supratman Andi Agtas, Kapuspen TNI Mayjen TNI Kristomei Sianturi, hingga Wamen Kominfo Nezar Patria. Langkah demi langkah dijalani untuk menghadirkan ruang dialog dan pengertian.
PWI adalah sejarah panjang, tempat di mana tinta perjuangan dan idealisme pernah tumpah. Dan Kapolri, dalam kebijaksanaannya, tak membiarkan perpecahan itu berdarah. Pada Hari Pers Nasional 9 Februari lalu, Polri hadir di dua tempat: Pekanbaru dan Banjarmasin. Karena keadilan bukan hanya soal hukum, tapi juga soal kehadiran yang adil.
Kini, harapan itu mengerucut dalam satu kata: kongres. Sebuah panggung di mana semoga kelak tidak ada lagi ‘yang di sana’ atau ‘yang di sini’, melainkan satu nama: Persatuan Wartawan Indonesia.
Dan seperti yang diucap diam-diam dalam doa para pecinta pers, semoga Agustus nanti tak hanya menyambut hari kemerdekaan bangsa, tapi juga kemerdekaan PWI dari luka-luka masa lalu.
NMC